article heading

Revolusi industry 4.0 merupakan revolusi industri yang dapat dikatakan berbeda   dengan revolusi industry sebelumnya. Revolusi industri generasi ke-4 ini memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas. Kemajuan teknologi baru yang  mengintegrasikan  dunia fisik, digital dan biologis telah mempengaruhi semua disiplin ilmu, ekonomi, industri dan pemerintah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada awal abad 20 telah melahirkan teknologi informasi   dan proses produksi yang dikendalikan secara otomatis. Dengan kata lain, mesin   industri telah menggunakan sistem otomatisasi berbasis komputer, yang tentunya tidak lagi semuanya dikendalikan oleh tenaga manusia. Dampaknya, biaya produksi menjadi semakin murah seiring teknologi informasi yang terus bergerak maju.

Revolusi industri mengalami puncaknya saat ini dengan lahirnya teknologi digital yang berdampak masif terhadap hidup manusia di seluruh dunia. Revolusi industri terkini atau generasi keempat mendorong sistem otomatisasi di dalam semua proses aktivitas. Teknologi internet yang semakin massif tidak hanya menghubungkan jutaan manusia di   seluruh dunia tetapi juga telah menjadi basis bagi transaksi perdagangan dan transportasi secara online. Munculnya bisnis transportasi online seperti Gojek dan Grab   menunjukkan integrasi aktivitas manusia dengan teknologi informasi dan ekonomi menjadi semakin meningkat. Aplikasi media sosial, bioteknologi dan nanoteknologi semakin menegaskan bahwa dunia dan kehidupan manusia telah berubah secara fundamental.

Seperti yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo, revolusi industry 4.0 telah membawa perubahan-perubahan yang mungkin tak terduga sebelumnya. Seperti kita menyaksikan pertarungan antara taksi konvensional versus taksi online atau ojek pangkalan vs ojek online. Semua itu pada akhirnya berdampak kepada public, dimana dalam hal ini public diuntungkan dengan menjadi lebih mudah untuk mendapatkan layanan transportasi dan bahkan dengan harga yang sangat terjangkau. Yang lebih tidak terduga, layanan ojek online ternyata tidak sebatas sebagai alat transportasi alternatif   tetapi juga merambah hingga bisnis layanan antar (online delivery order). Dengan kata   lain, teknologi online telah membawa perubahan yang besar terhadap peradaban   manusia dan ekonomi.

Tidak dapat dipungkiri jika revolusi industry 4.0 membuka peluang yang luas bagi siapapun untuk maju. Informasi yang sangat melimpah menyediakan manfaat yang   besar untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun perekonomian. Masyarakat di era revolusi industry 4.0 memiliki ketergantungan yang sangat besar dalam menggunakan teknologi informasi. Fakta yang menunjukkan bahwa masyarakat zaman sekarang memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi pada perangkat ponsel pintarnya.

Hal inilah yang dapat menjadikan munculnya sebuah peluang baru di era industry 4.0. Salah satu diantaranya adalah peluang berbisnis era digital. Dimana, daya jangkau teknologi informasi tidak hanya berskala lokal tetapi hingga skala global. Melalui internet, akses informasi dapat dijangkau hingga ke berbagai penjuru dunia. Peluang lain diantaranya adalah saat setiap orang memiliki akses yang tinggi untuk terlibat aktif   untuk memberikan dan membagikan opini kepada pihak lain melalui media sosial online. Situasi ini membuka peluang bagi masyarakat untuk membentuk opini positif tentang berbagai hal kepada pihak lain. Seperti diantarnya adalah teknologi media sosial dapat dimanfaatkan untuk membentuk komunitas atau grup keluarga di dunia virtual. Walaupun secara geografis berjauhan tetapi didekatkan dengan media social. Melimpahnya informasi tentunya tidak hanya membawa pengetahuan positif saja, tetapi juga negatif. Kemampuan seseorang untuk mengolah pengetahuan (knowledge) menjadi   kearifan (wisdom) dalam lingkungan sosialnya akan menentukan tingkat ketahanannya di era informasi. Dengan demikian, tindakan share and resharing informasi telah didasari oleh nilai-nilai etis sehingga tidak akan menciptakan eskalasi kegaduhan publik. Sebagai contoh, derasnya informasi berita bohong (hoax) menjelang pilkada serentak maupun pilpres tidak akan meningkatkan kegaduhan jika penerima informasi  telah memiliki kesadaran etis dalam menyaring informasi hoax.

Revolusi industri generasi empat tidak hanya menyediakan peluang, tetapi juga tantangan bagi generasi milineal. Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker) dalam Kompas.com, Selasa (24/4/2018), menyatakan bahwa akan ada jenis pekerjaan yang hilang seiring berkembangnya revolusi industri 4.0. Direktur Jenderal (Dirjen) Pembinaan, Pelatihan, dan Produktivitas Kemnaker Bambang Satrio Lelono menyampaikan, sebanyak 57 persen pekerjaan yang ada saat ini akan tergerus oleh robot. Namun, masih menurut artikel tersebut, di balik hilangnya beberapa pekerjaan akan muncul juga beberapa pekerjaan baru. Bahkan, jumlahnya diprediksi sebanyak 65.000 pekerjaan. Bambang mengatakan, yang harus dilakukan sekarang adalah menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Pertanyaannya, apa saja yang harus disesuaikan?

Untuk bisa beradaptasi dengan perubahan yang dibawa oleh revolusi industri 4.0, seorang pekerja harus memiliki kemampuan yang tidak akan bisa dilakukan oleh mesin. Misalnya, kemampuan untuk memecahkan masalah atau kreativitas. Soft skill adalah kuncinya. Untuk dapat menghadapi perubahan pada tahun-tahun mendatang, dibutuhkan para pekerja yang memiliki soft skill seperti diantaranya pemecahan masalah yang komplek, berpikir kritis, kreativitas, manajemen manusia, berkoordinasi dengan orang lain, kecerdasan emosional, penilaian dan pengambilan keputusan, berorientasi servis, negosiasi, dan fleksibilitas kognitif. Hal tersebut memiliki artian, soft skill menjadi salah satu faktor paling penting untuk dimiliki para pekerja di masa depan, seperti kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain, memecahkan masalah, serta aspek kecerdasan emosional lainnya. Pada umumnya, industri menekankan kebutuhan akan karyawan yang bisa terus belajar, cepat beradaptasi dan melek teknologi. Maka dari pada hal tersebut, sistem pendidikan juga menekankan pengembangan soft skill, selain keterampilan teknis, generasi milenial ke depan bisa lebih mampu beradaptasi secara cepat terhadap perubahan dan memiliki bekal mumpuni untuk menghadapi masa depan dan pengembangan karirnya di tengah geliat revolusi industri 4.0.